Model-Model Supervisi Pendidikan
Supervisi
merupakan pendidikan yang berupa bimbingan atau tuntunan kea rah perbaikan
situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada
khususnya. Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun
(1993:2), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri
dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision =
lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa
seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang
disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang
disupervisi. Yang termasuk supervisor misalnya kepala sekolah, penelik sekolah,
dan para pengawas di tingkatan kabupaten/kota madya, serta staf di kantor
bidang yang ada di setiap provinsi. Supervisi berkembang dan sekarang mempunyai
empat macam model yaitu:
1. Model
supervisi konvesional (tradisional)
Model ini tidak lain dari refleksi dari kondisi masyarakat pada
suatu saat. Pada saat kekuasaan yang otoriter dan feodal, akan berpengaruh pada
sikap pemimpin yang otokrat dan korektif. Pemimpin cenderung untuk mencari-cari
kesalahan. Perilaku supevisi ialah mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan
dan menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Perilaku seperti
ini oleh Oliva P.F. (1984: 7) disebut snoopervision (memata-matai). Sering
disebut supervisi yang korektif. Memang sangat mudah untuk mengkoreksi
kesalahan orang lain, tetapi lebih sulit lagi unuk melihat segi-segi positif
hubungan dengan hal-hal yang baik. Pekerjaan seorang supervisor yang bermaksud
hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing sanga bertentangan dengan
prinsip dan tujuan supervisi pendidikan. akibatnya guru merasa tidak puas dan
ada dua sikap yang tampak dalam kinerja guruyaitu Acuh tak acuh
(masa bodoh) dan Menantang (agresif).
2.
Model supervisi
ilmiah.
Supervisi yang bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Dilaksanakan
secara berencana dan kontinu.
b.
Sistematis
dan menggunakan prosedur serta teknik tertentu.
c.
Menggunakan
instrument pengumpulan data.
d.
Ada
data yang obyektif yang diperoleh dari kesalahan yang riil.
Dengan menggunakan merit rating, skala penilaian atau check
list para siswa atau mahasiswa menilai proses kegiatan belajar-mengajar
guru/dosen di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada gury-guru
sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada cawu atau semester yang
lalu. Data ini tidak berbicara kepada guru dan guru yang mengadakan perbaikan.
Penggunaan alat perekam data ini berhubungan erat dengan penelitian. Walaupun
demikian, hasil perekam data secara ilmiah belum merupakan jaminan untuk
melaksanakan supervisi yang lebih manusiawi.
3.
Model
Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah bentuk supervisi yang difokuskan
pada peningkatan mengajar dengan melalui siklus yang sistematik, dalam
perencanaan, pengamatan serta analisis yang intensif dan cermat tentang
penampilan mengajar yang nyata, serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara
yang rasional. K.A. Archeson dan M.D. Gall (1980 : 25) terjemahan S.L.L
Sulo, 1985 : 5, mengemukakan supervisi klinis adalah proses membantu guru-guru
memperkecil kesenjangan antara tingkah laku mengajar yang nyata dengan dengan
tingkah laku mengajar yang ideal. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah suatu proses pembimbing dalam
pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru dalam
pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara objektif, teliti
sebagai dasar untuk usaha mengubah perilaku mengajar guru. Ungkapan supervisi
klinis (Clinical supervision) sebenarnya digunakan oleh Morries Cogan, Robber
Education. Tekanan dalam pendekatan di Havard School of bersifat khusus
melalui tatap muka dengan guru pengajar. Inti bantuan terpusat pada perbaikan
penampilan dan perilaku mengajar guru (Archeson dan Gall, 1980 :8).
4.
Model
Supervisi Artistik
Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th.J
menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik,
antara lain:
a.
Supervisi
yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada
banyak berbicara.
b.
Supervisi
yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam
rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.
c.
Model
artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak
terhadap proses kehidupan kelas dan peristiwa-peristiwa yang signifikan yang
dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.
d.
Model
artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak proses
kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga
diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam
konteks waktu tertentu.
Itu adalah sebagian catatan untuk model-model supervisi pendidikan
Terima Kasih Sudah Berkunjung.